Kali ini mimin mau mereview buku Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi. Buku ini merupakan kumpulan cerpen dari Seno Gumira Ajidarma, yang salah satu ceritanya sudah pernah diangkat ke layar lebar, dibintangi oleh Elvira Devinamira sebagai Sophie (tokoh utama), dengan judul yang sama. Total ada 13 cerpen, jadi mimin bahasnya cuma satu aja ya. Soalnya kalau dibahas semuanya kepanjangan, yuks cus…
Identitas Buku
Judul: Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Penerbit: Jogja Bangkit Publisher (JB Publisher)
ISBN: 978-602-0818-51-1
Blurb
Sophie, seorang cewek kota, nekat ngekos di gang sempit untuk mempelajari masyarakat di perkampungan Jakarta. Masalah muncul saat Sophie yang gemar menyanyi pada waktu mandi membangkitkan imajinasi liar bapak-bapak di gang tersebut. Ibu-ibu di sana kemudian menyalahkan Sophie atas masalah rumah tangga yang mereka derita. Cerita jadi semakin seru ketika mereka mulai bersekongkol untuk mengusir Sophie.
Review
Kritik sosial yang coba disampaikan oleh penulis di sini terasa sangat kental, apalagi diterbitkan di tahun 90-an, saat kebebasan berbicara sangat dibatasi.
Bagian favorit saya adalah saat suara Sophie yang saat itu sudah tidak berada di gang sempit itu bisa sampai ke kampung dan menimbulkan fantasi liar bapak-bapak di sana (lagi).
Pesan moral yang dapat diambil dari buku ini adalah, sangat mudah ketika kita memandang suatu persoalan dari sudut pandang kita saja dan menyalahkan orang lain tanpa mengevaluasi diri sendiri, misalnya ibu-ibu yang menyalahkan Sophie karena suaminya tidak bergairah di ranjang, padahal ya mana bisa bergairah kalau ibu-ibu itu tidak merawat diri, pakai daster yang bau, badan semakin lama semakin besar, apalagi sukanya marah-marah.
Setelah membaca buku ini, saya berpikir bahwa penindasan dapat dilakukan oleh mayoritas kepada minoritas dengan alasan yang tidak jelas, bahkan prasangka. Seyogyanya kita dapat berpikir lebih luas dalam memandang suatu persoalan sehingga tidak merugikan pihak lain.
Selain itu masih banyak cerpen-cerpen yang menarik, di antaranya adalah “Bibir yang Merah, Basah, dan Setengah Terbuka”, tentang seorang istri yang menemukan bekas lipstik di pakaian dalam suaminya, juga “Mestikah Kuiris Telingaku Seperti Van Gogh”, tentang seorang pemuda lulusan Harvard yang jatuh cinta pada seorang pelacur.
Kelemahan dari kumpulan cerpen ini adalah gaya penuturan yang terlihat seperti tulisan lama, kalau itu bisa disebut kelemahan.
Rating 8/10
Komentar
Posting Komentar