Tak ada yang salah dalam takdir
Allah, semua tergantung bagaimana para hamba menyikapinya. Begitu pun dalam
perkara haid. Tentu banyak hikmah yang terkandung di balik itu. Kalaupun
akhirnya banyak muslimah yang mengalami penurunan iman secara drastis setiap
kali haid, itu lebih karena salah dalam persepsi atau keliru dalam menyikapi.
Di antara faktor-faktor itu adalah:
1.
Minimnya
Ilmu
Krisis ruhiyah
terjadi karena minimnya pengetahuan muslimah terhadap jenis-jenis ibadah,
terutama ibadah hati. Padahal ibadah hati lebih luas cakupannya, lebih kontinyu
tuntutan untuk dikerjakan dan tetap diperintahkan dalam situasi apa pun,
termasuk saat haid, nifas, maupun junub. Ibnu Qayyim berkata, “Sesungguhnya
amal hati lebih agung dan lebih berat daripada amal jawarih (anggota badan).”
Beliau juga berkata, “Amalan hati adalah inti, sedangkan amal anggota badan
mengikuti dan melengkapi.
Inilah perkara
yang kebanyakan luput dari perhatian kita. Amal hati dituntut ada secara dawwam
(kontinyu). Baik berupa mencintai Allah, takut kepada Allah, berharap
kepadaNya, tawakal kepadaNya, dan merasa diawasi olehNya.
Ibadah
seringkali dimaknai sempit, sebatas ibadah khusus. Sehingga wajar jika muslimah
merasa kehabisan peluang untuk beribadah saat haid. Tidak boleh salat maupun
puasa. Padahal definisi ibadah itu luas. Sehingga memungkinkan bagi seorang
muslimah untuk merrealisasikan ibadah setiap waktu, 24 jam sehari semalam. Ibnu
Taimiyyah mendefinisikan ibadah, “Yakni seluruh perkara yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya, baik perkataan maupun perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.”
Ibadah tetap kontinyu meski dalam keadaan haid, sehingga hubungan kita dengan
Allah tidak putus karenanya, hatipun tetap hidup.
2.
Jauh
dari Dzikrullah
Berangkat dari
minimnya ilmu terhadap jenis ketaatan, maka sibuk dengan perkara yang mubah dan
lalai dari dzikrullah juga sering menjadi tradisi wanita yang sedang haid.
Padahal Ibnu Taimiyyah berkata, “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan, maka
bagaimana nasib ikan bila dikeluarkan dari air?”
Lebih dari itu,
Nabi telah mengumpamakan hati yang kosong dari dzikir bagaikan orang mati, “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada
Allah dengan yang tidak berdzikir itu seperti orang yang hidup dan yang mati.”
Tidak ada dalil
yang melarang wanita haid untuk berdzikir, menyebut asma Allah, memuji dan
mengingatNya. Tak ada nash baik Al-Quran maupun Hadits, yang mengecualikan
wanita haid untuk masuk ke dalam golongan ulil albab yang dikabarkan Allah
dalam firmanNya, “(Yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Wahai
Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.”” (QS. Ali Imran: 191)
Syaikh Abdullah
bin Jibrin ditanya (tercantum dalam Fatawa al-Mar’ah yang disusun oleh
al-Musnid hal. 25), “Apakah Allah swt. menerima doa dan istighfar wanita haid?”
Ya,
diperbolehkan, bahkan dianjurkan bagi wanita haid untuk memperbanyak doa,
istighfar, dzikir, dan merendahkan diri kepada Allah, apalagi di waktu-waktu
yang mulia. Apabila memenuhi sebab-sebab dikabulkannya doa, maka Allah menerima
doa wanita yang sedang haid dan selainnya.
Intinya kondisi
haid tidak menggugurkan kewajiban wanita untuk tetap berdzikir maupun berdoa,
karena tidak ada dalil yang menyebutkan larangannya.
3.
Sibuk
dengan Dosa
Kemana larinya
nafsu saat sepi dari dzikir dan ketaatan? Ia akan kembali kepada
kecenderungannya, ammaratun bis su’,
kepada keburukan dan disa. Sedangkan naiknya iman itu dengan amal salih dan
turunnya adalah karena maksiat.
Kondisi
terburuk adalah ketika lemah amal hati dan badan, dalam waktu yang bersamaan ia
bergumul dengan dosa. Jika unsure yang menyehatkan hati tidak ada, ditambah
dengan penyakit hati yang menyebar, seberapakah kadar harapan hati untuk bisa
hidup? Padahal hati adalah malikul a’dha’
(raja dari anggota badan) dan panglimanya, apa yang diperintahkan hati
itulah yang akan dikerjakan anggota badan. Nabi bersabda, “Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal darah, yang apabila dia baik
niscaya baiklah seluruh jasad dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh jasad,
dialah hati.”
Pada bahasan
berikut insyaAllah akan diulas tentang “Amal Pilihan saat Datang Bulan”
Komentar
Posting Komentar