“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Saya mulai tertarik untuk mempelajari ilmu agama dan Al-Quran saat masih SMA. Saat itu saya belum berjilbab, tapi kakak sepupu perempuan saya yang tinggal bersama kami berjilbab dan panjang, beliau adalah aktivis dakwah. Dari beliau saya diperkenalkan mentor-mentor yang asyik dan ciamik.
Pengajian diadakan seminggu sekali di lantai 2 rumah saya, untuk yang perempuan, sedangkan yang laki-laki di laboratorium klinik di depan rumah saya. Teman-teman saya dari 1 SMA bukan hanya dari kelas saya saja, tapi juga dari kelas lain. Ada beberapa anggota yang datang dan pergi, tetapi yang paling istiqomah ada sekitar 5 orang, beberapa waktu kemudian ada adik-adik kelas kami juga.
Suatu waktu saya mengikuti acara rihlah, dan bertemu teman-teman dari SMA lain, kemudian mereka ingin ikut hadir di pengajian rutin kami. Ternyata banyaaaaakkk...sekali jumlah teman baru yang datang, kebanyakan dari MAN di dekat rumah saya. Saya sangat senang dan terharu pada waktu itu, hatiku terasa hangat oleh indahnya persahabatan. Karena jumlah orang yang terlalu banyak, kelompok pengajian dipecah menjadi 2. Akhirnya kembalilah kami mengaji berlima lagi.
Materi yang disampaikan saat mentoring ini benar-benar runut. Meskipun saya jarang mencatat, ada beberapa juga yang teringat di kepala. Salah satunya adalah tentang tujuan hidup manusia.
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu.” (Adz-Dzariyat: 56).
Bersamaan dengan itu, banyak pula buku-buku bacaan keislaman yang saya baca, diantaranya adalah majalah Hidayatulllah, karena orangtua saya berlangganan, kemudian buku Berlomba Menuju Kebaikan karya Dr. khalid Abu Syadi, yang dipinjam ibu saya dari teman.
Pada saat itu menggebu keinginan saya untuk beribadah kepada Allah, dan juga keinginan belajar.
Bukan cuma ilmu agama, tetapi juga pelajaran
di sekolah. Sampai pada akhirnya saat kelulusan saya mendapatkan DANEM terbaik
seKabupaten Blitar, serta masuk Koran Jawa Pos, yang sayang sekali, koran itu hilang. Memang saya tidak pandai menyimpan
barang-barang,
wkwkwkkw....
Dalam pada itu sudah terangkai di otak dan hati saya keinginan untuk belajar, meskipun konsep dari hakikat ilmu itu sendiri dan mengapa harus saya pelajari sudah ada, hal itu masih terasa samar dan belum terang adanya.
Pemahaman saya saat ini dengan pemahaman saya dulu barangkali sudah banyak adanya perubahan, baik saya sadari maupun tidak, sehingga saya tidak bisa menuliskan pemahaman saya dulu saat masih SMA tanpa bercampur dengan pengetahuan saya sekarang.
Saya kira, apa yang saya dapat saat masih muda, khususnya remaja, adalah apa yang membentuk dasar pemikiran saya hingga sekarang.
Saya sangat berterimakasih kepada Allah yang telah membimbing dan menunjukkan jalan kepada guru-guru saya, Rasulullah, kedua orangtua yang menjaga dan memberi pemahaman agama sebagai dasar sejak saya masih kecil, mentor dan guru-guru saya, serta teman-teman di pengajian dan di pondok.
Saya rasa tahun depan adalah saat yang tepat untuk berbagi lebih banyak dan lebih produktif. Berbagi hal-hal yang kita punya dan kita tahu.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).
Tahun ini, Alhamdulillah berjalan dengan baik. Banyak rahmad yang telah diturunkan Allah yang harus kita syukuri di tengah pandemi. Pandemi bisa menjadi bencana atau anugrah, tergantung kita menyikapinya.
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.
"Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat." Al Hadits
Komentar
Posting Komentar