Dalam bukunya 7 Habit of
Highly Effective People, Stephen R. Covey menguraikan 7 kebiasaan manusia
yang akan membuat seseorang itu bertumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan
bertanggungjawab atas responnya terhadap dunia/kejadian di sekitar.
Kebiasaan yang pertama adalah proaktif.
Proaktivitas, lebih dari
sekedar mengambil inisiatif. Hal ini artinya, kita sebagai manusia
bertanggungjawab atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari
keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita punya inisiatif dan tanggungjawab
untuk membuat segala sesuatunya terjadi. Inti orang yang proaktif adalah kemampuan untuk menomorduakan
impuls/rangsangan dari luar/perasaan, sesudah nilai.
Kita bisa lo, dimarahin orang,
tapi enggak kesel. Ah, orangnya memang kaya gitu. Kita bisa lo, dihina
orang, tapi enggak marah. Orang tidak akan menendang bangkai anjing. Berarti
aku bernilai.
Kata responsibility (tanggung
jawab), berasal dari kata response-ability artinya adalah kemampuan
untuk memilih respon kita. Orang yang proaktif tidak menyalahkan keadaan atau
membenarkan kondisi untuk perilaku mereka.
Perilaku adalah pilihan sadar kita, berdasarkan nilai yang
kita anut, bukan berdasarkan perasaan.
Misalnya, ada seorang gadis yang
saat sekolah dibully oleh seniornya. Setelah dia jadi senior, dia bisa saja
balas membully adik kelasnya karena merasa dulu tidak enak dibully, atau dia
memperlakukan mereka dengan baik dan adil, karena merasa dulu tidak enak
dibully. Alasan dari kedua tindakan yang berbeda ini bisa jadi sama, tetapi
manifestasi tindakannya jelas berbeda.
Orang yang dipengaruhi oleh cuaca/mood,
kalau cuaca bagus dia senang, kalau cuaca jelek, kerjaan dan sikap ikut jelek. Sewaktu
kita membuat pilihan seperti itu, kita jadi reaktif. Kita jadi
dikontrol keadaan.
Orang yang proaktif dapat
mengatur “cuaca” mereka sendiri. Mereka digerakkan oleh nilai. Apa yang benar,
apa yang salah. Apa yang baik, apa yang tidak baik. Contohnya, pembantu kita lupa
mematikan kompor, kita akan marah dengan teriak-teriak atau menegur dengan
baik?
Orang yang reaktif juga
dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka, oleh “cuaca sosial”. Saat orang-orang
memperlakukan mereka dengan baik, mereka merasa senang, tapi kalau orang lain tidak
memperlakukan mereka dengan baik, mereka jadi defensive atau protektif. Orang yang
reaktif membangun kehidupan emosional mereka di sekitar perilaku orang lain,
sehingga memberi kesempatan orang lain untuk mengendalikan mereka.
Orang yang proaktif, tetap
dipengaruhi oleh stimulus/rangsangan dari luar, tetapi respons terhadap stimulus
tersebut, sadar atau tidak sadar, didasarkan pada pilihan, berdasarkan nilai tertentu.
“Mereka tidak dapat merenggut harga diri kita, jika kita
tidak memberikannya kepada mereka.” Mahatma Gandhi
“Tak seorang pun dapat menyakiti Anda, tanpa persetujuan
Anda.” Elanor
Roosevelt
Izin yang kita berikan inilah,
yang menyakiti diri kita jauh lebih besar dari yang sebenarnya terjadi terhadap
diri kita.
Saat aku membaca buku ini, aku akui sulit sekali menerima konsep tersebut. Seseorang mengatakan kita buruk, tidak disukai, tidak menyenangkan, membandingkan kita dengan orang lain seolah kita sangat buruk, atau orang yang lain menyakiti kita, memaki, berkata kasar, memfitnah, mengganggu privasi kita, meneror dan menakuti kita setiap hari, entah karena apa, kita kesal, benci, orang itu telah menghancurkan hidup kita, tentu lebih mudah berpikir demikian.
Khususnya jika kita sudah bertahun-tahun menjelaskan penderitaan kita atas nama keadaan atau perilaku orang lain. Tapi, sebelum kita dapat berkata dengan jujur, “Aku menjadi aku hari ini, karena pilihan yang telah kubuat kemarin”, maka kita tidak dapat mengatakan, “Aku memilih yang sebaliknya”.
Sebelum kita mengakui bahwa kesedihan
kita, kemarahan kita, ada andil kita di dalamnya, karena kita memilih untuk
seperti itu (marah dan sedih), kita tidak dapat memilih untuk mencintai,
memaafkan, dan bahagia.
Kita bisa memilih untuk
menderita, atau bahagia. Bukan apa yang terjadi pada diri kita, melainkan respons
kita terhadap apa yang terjadi pada diri kitalah yang menyakiti kita.
Komentar
Posting Komentar